Wednesday, May 30, 2012

Aura

Aura adalah sebuah medan yang diduga dipancarkan oleh tubuh manusia.

Katanya ada orang yang bukan hanya dapat melihat aura, tapi bahkan mampu memakainya untuk mendiagnosa apapun dari penyakit sampai masalah kejiwaan. Di Iran, aura di sebut farr atau keagungan : ia diasosiasikan dengan raja-raja Zoroaster dan nabi-nabi Islam. Teosofis abad ke-19, Charles Leadbeater bahkan telah membuat deskripsi tiap warna dan maknanya bagi kejiwaan seseorang.

Berdasarkan penjelasan itu seorang yang kritis tentunya bertanya, kenapa ada orang yang bisa sementara yang lain tidak? Bagaimana kalau sains menyelidikinya karena alat optik sains lebih objektif daripada mata manusia? Kenapa dokter tidak memakainya untuk mendiagnosa pasien?

Tentang Mata
Pertanyaan pertama bisa dijawab dengan mudah. Karena ada orang yang sehat dan ada yang sakit. Mengejutkannya, orang yang sakitlah yang bisa melihat aura. Sakitnya adalah migren. Anda pernah migrain? Bila pernah, mungkin anda bisa merasa melihat aura. Selain migrain, sakit lain yang bisa membuat penderita melihat aura adalah epilepsi, gangguan sistem penglihatan dan sejenis gangguan otak. Selain itu juga ditemukan  jenis sinestesia yang juga menampilkan aura. Sinestesia dalam arti medis adalah konsleting syaraf indera. Karena syaraf kita pada dasarnya adalah jaringan listrik, ada kemungkinan konslet. Dan saat syaraf mata konslet dengan syaraf kulit, apa yang dirasakan oleh kulit justru terlihat oleh mata.  Narkotika LSD juga dapat membuat seseorang melihat aura.

Aura yang dilihat para penderita ini memang berbeda dari aura yang diklaim dilihat oleh para ahli aura. Menurut para ahli aura, kamu bisa melihat aura dengan jalan melihat ke sebuah benda yang diletakkan di depan latar belakang putih dalam ruangan yang redup. Kamu akan melihat aura. Kenapa? Karena kamu mengalami gangguan sistem penglihatan, namanya kekakuan retina atau mata terbakar (eye burn), bukan karena kamu membuka kekuatan spiritual tersembunyi. Hal yang sama juga dapat kamu lakukan dengan melihat pola hitam putih.

Begini mekanismenya, mata manusia tidak berevolusi untuk merekam dunia luar. Saat melihat benda benda berwarna, mata tidak mengirim citra salinan yang bersinambungan ke otak. Otak sendiri yang memasok sebagian besar citra berdasarkan pengalaman, bukan dari mata. Karenanya, bahkan bila aura terlihat, ini bukan bukti kalau ada medan energi di dunia fisik atau supernatural. Besar kemungkinan kalau ia adalah ilusi yang dibuat oleh otak kita.

Potret Aura
Lalu bagaimana dengan pertanyaan kedua? sebuah instrumen ilmiah untuk menilai secara objektif keberadaan aura? Para pendukung aura mengajukan kamera Kirlian. Bagaimana?

Bulan November 1988, Arleen J Watkins dan William S.Bickel membahas mengenai photo Kirlian. Menurut mereka photo Kirlian tidak ada hubungannya dengan keadaan fisiologis, psikologis atau kejiwaan seseorang. Ia tidak ada hubungannya dengan aura, gaya hidup, bio plasma atau Pranamaya Kosha. Ia adalah fenomena fisika yang terjadi karena pelepasan tegangan tinggi (15 – 60 kilovolt) dengan frekuensi tinggi pada benda yang diletakkan pada sebuah lapisan film. Saat benda tersebut diletakkan di film fotografi, ia menutup rangkaian arus, sehingga terjadi pelepasan muatan antara benda dan elektroda tegangan tinggi. Pelepasan ini menciptakan sebuah pendaran warna warni di udara yang tampak oleh mata manusia sebagai apa yang disebut orang sebagai aura.  Aura adalah fenomena fisika dan dapat direkam langsung di film fotografi dan pelat foto. Benda tersebut bisa manusia dan tidak berbahaya selama elektroda tersebut berada cukup jauh, katakanlah di balik tirai di kiri kanan panggung atau stand pemotretan. Dan jadilah potret manusia yang diselimuti cahaya warna warni.

Tapi bisa jadi kan kalau warnanya ditentukan oleh manusia tersebut? Elektroda listrik hanya berfungsi sebagai alat, sama dengan kamera tersebut. well, nerdasarkan penelitian mereka, ditemukan kalau struktur aura memiliki 22 parameter yang harus dikendalikan sebelum dapat ditarik kesimpulan bahwa warna aura tersebut berhubungan dengan emosi, energi kejiwaan, kondisi pikiran, perasaan, penyakit dan sebagainya.

Watkins dan Bickel menyimpulkan kalau aura Kirlian adalah citra visual atau fotografi dari pelepasan korona dalam gas, terutama pada gas yang lembab. Bentuk, ukuran, intensitas dan strukturnya bukan tergantung pada emosi segala macam, tapi pada waktu eksposure, konduktivitas, frekuensi sinyal, tegangan dan sifat fotografi film atau plat yang digunakan.

Mahluk hidup itu lembab. Saat listrik memasuki mahluk hidup, ia menghasilkan daerah ionisasi gas di sekitar benda yang dipotret, sejauh benda tersebut lembab. Kelembaban ini ditransfer dari subjek ke permukaan emulsi di pelat fotografi atau film fotografi. Jika potret diambil dalam ruang hampa udara, dimana tidak ada gas terionisasi, tidak akan ada citra Kirlian. Bila citra Kirlian karena medan energi hidup dasar yang dimiliki paranormal, tentunya ia tidak lenyap dalam ruang hampa udara toh?

Di festival atau pasar malam dadakan, ada cukup banyak listrik. Untuk mulai, minta seorang pengunjung yang tertarik untuk bayar katakanlah 40 ribu rupiah untuk dipotret auranya selama 5 menit. Letakkan tangannya di atas semacam lempengan detektor. Pelat ini mengukur perubahan dalam aktivitas kelenjar keringat tangan. Istilah ilmiahnya galvanometri. Ia sudah dipakai sejak lama di mesin pendeteksi kebohongan (yang ternyata kebohongan itu sendiri). Lalu bicaralah seperti pesulap, pembaca nasib atau refleksiologi, dengan mengatakan kalau bagian tubuh ini itu menunjukkan aura ini itu. Lalu dengan sedikit kemampuan teknik listrik dan pengukuran, kamu siapkan sebuah alat. Alat ini tentunya sudah dirancang sedemikian rupa. Cara kerja alat ini adalah melalui pikiran. Ya, pikiran. Kamu pikirkan warna apa yang cocok untuk tegangan sekian, warna apa yang cocok untuk tegangan sekian dan sekian. Lalu pola tegangan yang muncul dari pembacaan galvanometri tadi diterjemahkan lewat komputer atau alat khusus buatan teknologi aura. Setelah itu akan terbentuk pola warna tersendiri. Sang klien lalu di potret dan letakkan pola warna dari konduktivitas tapak tangan klien tersebut di potretnya. Hasilnya, Jreng! Sebuah potret Aura. Teknik ini lebih aman, praktis dan sering dipakai dibandingkan dengan teknik tegangan tinggi tadi. Ketimbang memotret udara yang mengelilingi klien, kita memotret pola konduktivitas keringat di tangan klien dan menempelkannya di potret asli sang klien. Auranya sendiri berasal dari kamera kita, bukan dari manusianya. Dan aura itu kita sebut aura semata karena, well, warna warni dan berpendar.

Teknik lain yang lebih modern adalah meletakkan ruang khusus di depan kamera biasa yang ditempeli LED. Itu loh, lampu warna warni kecil bertegangan rendah yang dipakai di perangkat elektronik. Jangan sampai terlihat klien. Begitu klien di potret, bukan hanya cahaya dari klien yang tertangkap, tapi juga dari LED internal di kotak tambahan di depan kamera tersebut. Jadilah potret Aura.

Usaha memotret aura sudah lama ada. Sebuah percobaan yang lebih tua lagi, saat sinar X baru ditemukan, sudah coba dilakukan untuk memotret roh yang ada di tubuh manusia. Dr Duncan Mac Dougall tahun 1911 mengajukan proposal kalau roh manusia bisa di potret dengan sinar X, dengan melihat potret saat orang itu hidup dan sesaat setelah ia meninggal. Tidak jelas apa kesimpulan dari penelitian ini atau apakah penelitian ini memang dilakukan, tapi tampaknya dari sinilah gagasan untuk memotret aura manusia lewat foto Kirlian. Usaha yang sama dilakukan Dr Walter Kilner dengan memakai sinar ultra violet dan akhirnya penemu potret Kirlian, Semyon Davidovich Kirlian, seorang insinyur listrik, tahun 1939.

Jadi jika foto kirlian tidak memotret aura, mata sebenarnya berdelusi dan sinar X tidak dapat membuktikan keberadaannya, bagaimana tes yang lain? Ada cara lain? Tentu saja. Jika manusia memiliki aura, aura ini pastilah memiliki ruang atau jarak. Artinya bila seseorang dapat melihat aura, mereka tentunya dapat melihat aura walaupun orang yang memancarkan aura tersebut di halangi.

Begini loh, seperti gerhana matahari. Orang bisa melihat korona matahari dengan jelas saat gerhana karena bulan menghalangi matahari sementara koronanya tidak. Sayangnya pengujian demikian, bahkan dengan iming-iming 1 juta dollar dari James Randi, tidak dapat membuktikan adanya aura. Orang yang mengaku bisa melihat aura hanya semata menebak.
Aplikasi Kedokteran
Pertanyaan ketiga sepertinya tidak perlu dijawab lagi. Walaupun ada banyak orang, seperti Berverly Rhodes, yang memakai tongkat ajaib untuk membuat orang merasa sehat dengan terapi aura, di dunia kedokteran terapi aura tidak ada. Kenapa? Karena ia hanyalah mitos.

Langkah pertama dalam menguji klaim aura adalah mengetahui apakah sang paranormal bisa melihat aura tersebut. Kalau bisa, barulah kita memeriksa apakah penafsirannya benar atau salah. Dan seperti telah dibahas di atas, kemungkinan seorang paranormal yang mengaku melihat aura tidak lebih dari 50%. Semata menebak. Bahkan saat sang paranormal di iming-imingi hadiah 10 miliar rupiah. Jadi apa yang mau dipakai buat kedokteran coba?

Referensi:
1.      The aura Experts
2.      Hill, Donna L. et al.. Most Cases Labeled as “Retinal Migraine” Are Not Migraine Journal of Neuro Opthalmology
4.      Abolala Soudavar, The Aura of Kings: Legitimacy and Divine Sanction in Iranian Kingship, Mazda Pub. 2003
5.       Deprez, L. et al.. “Familial occipitotemporal lobe epilepsy and migraine with visual aura”Neurology 2007;68:1995-2002
6. Hain, T.C. 2009. Migraine Aura,
7.      Swami Panchadasi The Human Aura: Astral Colors and Thought Forms Des Plaines, Illinois, USA:1912–Yogi Publications Society
9.      Randi, James. Flim-Flam! (Buffalo, New York: Prometheus Books,1982)
10.  LeadBeater, Charles: Man: Visible and Invisible, 1902

Sumber: FaktaIlmiah.com

No comments:

Post a Comment