Wednesday, May 30, 2012

Percobaan Kedua Mengkonfirmasi: Neutrino Tetap Lebih Cepat dari Cahaya

"Hasil positif dari tes ini membuat kita lebih percaya diri pada hasilnya, meskipun kata akhirnya hanya bisa dikatakan oleh pengukuran analog yang dilakukan di tempat lain di dunia."

Sebuah percobaan terbaru hadir untuk menyediakan bukti lebih lanjut bahwa Einstein mungkin telah salah ketika menetapkan bahwa tidak ada yang bisa lebih cepat dari cahaya, teori yang mendasari pemikiran modern tentang bagaimana alam semesta bekerja.

Bukti baru ini, yang menantang dogma fisika yang telah berdiri sejak Albert Einstein mempublikasikan teori relativitas-nya pada tahun 1905, hadir untuk mengkonfirmasi bahwa partikel sub-atom yang disebut neutrino bisa melesat sepersekian detik lebih cepat dari cahaya.

Percobaan baru di laboratorium Gran Sasso ini menggunakan sinar neutrino dari CERN di Swiss yang berjarak 720 km (450 mil) jauhnya, diselenggarakan untuk memeriksa temuan serupa yang pernah dilakukan oleh tim ilmuwan OPERA sebelumnya.

Pada tanggal 23 September, tim OPERA mengeluarkan sebuah tantangan besar untuk fisika dasar dengan mengatakan bahwa partikel yang disebut neutrino melesat sekitar enam kilometer (3,75 mil) per detik lebih cepat dari kecepatan cahaya. (Artikel terkait: Lebih Cepat dari Cahaya? Neutrino Menjadi Teka-teki Baru bagi Para Ilmuwan)

Para fisikawan dalam percobaan tersebut mengatakan bahwa mereka sudah memeriksa dan memeriksa ulang hasil mengejutkan itu selama berbulan-bulan sebelum mengumumkan apa yang telah mereka temukan.


Seorang peneliti menunjukkan bagaimana peristiwa dilaporkan dan blok mana yang membuat tabrakan dengan neutrino selama tes yang dilakukan pada bulan Maret dengan detektor Oscillation Project with Emulsion-Racking Apparatus (OPERA) di Gran Sasso National Laboratory (LNGS), terletak di bawah gunung Gran Sasso, pada tanggal 14 November.

Klaim tersebut begitu bertentangan dengan fisika seabad, di mana sebagian besar pengamat tidak akan puas sebelum temuan dari percobaan OPERA tersebut diulang di bawah berbagai kondisi, oleh tim peneliti yang berbeda. Jika hasil ini bertahan, maka akan dibutuhkan interpretasi ulang terhadap teori relativitas khusus Albert Einstein, yang secara efektif menetapkan kecepatan cahaya dalam vakum sebagai batas kecepatan kosmik.

Pada bulan Oktober, dalam rangka menanggapi kritik yang mengatakan bahwa mereka telah tertipu oleh kekhasan statistik, maka tim riset memutuskan akan melakukan serangkaian percobaan kedua.
Jika terkonfirmasi, maka temuan ini menunjukkan bahwa Einstein – bapak fisika modern – telah salah ketika dia meletakkannya ke dalam teorinya tentang relativitas khusus bahwa kecepatan cahaya adalah sebuah “konstanta kosmik”, dan tidak ada yang bisa melebihi kecepatannya.

Kali ini, para ilmuwan mengubah struktur sinar proton, suatu faktor yang disinggung oleh para kritikus dapat mempengaruhi hasilnya. Modifikasi baru ini membantu tim mengidentifikasi partikel individu ketika ditembakkan dan ketika tiba di tempat tujuan.

Tes baru “sejauh ini mengkonfirmasi hasil sebelumnya,” kata pihak Institut Italia untuk Fisika Nuklir (INFN) dalam siaran pers.

“Pengukuran yang begitu halus dan membawa sebuah implikasi yang mendalam [untuk] fisika memerlukan tingkat pengawasan yang luar biasa,” kata Fernando Ferroni, presiden INFN. “Percobaan OPERA ini, berkat sinar CERN yang secara khusus disesuaikan, telah membuat tes penting terhadap konsistensi hasilnya. Hasil positif dari tes ini membuat kita lebih percaya diri pada hasilnya, meskipun kata akhirnya hanya bisa dikatakan oleh pengukuran analog yang dilakukan di tempat lain di dunia.”

Para ilmuwan Italia, yang melakukan percobaan kedua dan hasilnya dipublikasikan secara online dalam jurnal ilmiah arXiv, mengatakan bahwa salah satu sumber potensial kesalahan dalam hasil pertama adalah karena pulsa neutrino yang dikirim dari CERN relatif panjang pada sekitar 10 mikrodetik, sehingga mengukur waktu kedatangannya di Gran Sasso bisa menghasilkan kesalahan yang relatif besar.

Untuk mengatasi hal ini, sinar yang dikirim oleh CERN dalam percobaan terbaru adalah sekitar tiga nanodetik lebih pendek, dengan kesenjangan besar pada 524 nanodetik, artinya para ilmuwan di Gran Sasso akan memperoleh waktu kedatangannya dengan lebih akurat.

“Dengan cara ini, dibandingkan dengan pengukuran sebelumnya, tandan neutrino menjadi lebih sempit dan lebih beruang dari satu sama lain,” kata para ilmuwan. “Hal ini memungkinkan untuk membuat pengukuran yang lebih akurat terhadap kecepatannya pada harga intensitas sinar yang jauh lebih rendah.”

Jacques Martino mengatakan bahwa, sementara tes ini bukan konfirmasi penuh, setidaknya ini menghapus beberapa kesalahan sistematis potensial yang mungkin terjadi dalam percobaan pertama.

“Pencarian belum berakhir,” katanya dalam sebuah sebuah pernyataan. “Ada lagi pemeriksaan sistematika saat ini yang sedang dibahas.”

Jurnal:
T. Adam, N. Agafonova, A. Aleksandrov, O. Altinok, P. Alvarez Sanchez, A. Anokhina, S. Aoki, A. Ariga, T. Ariga, D. Autiero, A. Badertscher, A. Ben Dhahbi, A. Bertolin, C. Bozza, T. Brugière, R. Brugnera, F. Brunet, G. Brunetti, S. Buontempo, B. Carlus, F. Cavanna, A. Cazes, L. Chaussard, M. Chernyavsky, V. Chiarella, A. Chukanov, G. Colosimo, M. Crespi, N. D’Ambrosio, G. De Lellis, M. De Serio, Y. Déclais, P. del Amo Sanchez, F. Di Capua, A. Di Crescenzo, D. Di Ferdinando, N. Di Marco, S. Dmitrievsky, M. Dracos, D. Duchesneau, S. Dusini, J. Ebert, I. Efthymiopoulos, O. Egorov, A. Ereditato, L. S. Esposito, J. Favier, T. Ferber, R. A. Fini, T. Fukuda, A. Garfagnini, G. Giacomelli, M. Giorgini, M. Giovannozzi, C. Girerd, J. Goldberg, C. Göllnitz, D. Golubkov, L. Goncharov, Y. Gornushkin, G. Grella, F. Grianti, E. Gschwendtner, C. Guerin, A. M. Guler, C. Gustavino, C. Hagner, K. Hamada, T. Hara, M. Hierholzer, A. Hollnagel, M. Ieva, H. Ishida, K. Ishiguro, K. Jakovcic, C. Jollet, M. Jones, F. Juget, M. Kamiscioglu, J. Kawada, S. H. Kim, M. Kimura, E. Kiritsis, N. Kitagawa, B. Klicek, J. Knuesel, K. Kodama, M. Komatsu, U. Kose, I. Kreslo, C. Lazzaro, J. Lenkeit, A. Ljubicic, A. Longhin, A. Malgin, G. Mandrioli, J. Marteau, T. Matsuo, N. Mauri, A. Mazzoni, E. Medinaceli, F. Meisel, A. Meregaglia, P. Migliozzi, S. Mikado, D. Missiaen, K. Morishima, U. Moser, M. T. Muciaccia, N. Naganawa, T. Naka, M. Nakamura, T. Nakano, Y. Nakatsuka, V. Nikitina, F. Nitti, S. Ogawa, N. Okateva, A. Olchevsky, O. Palamara, A. Paoloni, B. D. Park, I. G. Park, A. Pastore, L. Patrizii, E. Pennacchio, H. Pessard, C. Pistillo, N. Polukhina, M. Pozzato, K. Pretzl, F. Pupilli, R. Rescigno, F. Riguzzi, T. Roganova, H. Rokujo, G. Rosa, I. Rostovtseva, A. Rubbia, A. Russo, O. Sato, Y. Sato, J. Schuler, L. Scotto Lavina, J. Serrano, A. Sheshukov, H. Shibuya, G. Shoziyoev, S. Simone, M. Sioli, C. Sirignano, G. Sirri, J. S. Song, M. Spinetti, L. Stanco, N. Starkov, S. Stellacci, M. Stipcevic, T. Strauss, S. Takahashi, M. Tenti, F. Terranova, I. Tezuka, V. Tioukov, P. Tolun, N. T. Tran, S. Tufanli, P. Vilain, M. Vladimirov, L. Votano, J.-L. Vuilleumier, G. Wilquet, B. Wonsak, J. Wurtz, C. S. Yoon, J. Yoshida, Y. Zaitsev, S. Zemskova, A. Zghiche. et al. Measurement of the neutrino velocity with the OPERA detector in the CNGS beam. arXiv: 1109.4897v2 [hep-ex]

Sumber: FaktaIlmiah.com

No comments:

Post a Comment