Wednesday, May 30, 2012

Tuhan dan Sains Modern (Part 5): Alam Semesta

Berikut adalah bagian kelima dari sebuah makalah panjang yang ditulis seorang teman untuk bahan diskusi lintas disiplin dengan tema Tuhan dan masa modern. Bagian ini membahas geografi alam semesta

Baca Part 4
Selama bermilenia orang bicara tentang adanya dunia lain selain dunia kita. Agama-agama bicara tentang aneka alam semesta: dunia jin, dunia malaikat, dunia akhirat, surga, neraka, nirwana, dan sebagainya. Dalam perkembangan yang mengherankan, sains juga merujuk ke arah multijagad. Tegmark (2007) membagi multijagad ke dalam empat tingkatan. Sebelum masuk ke bahasan ini, pertama-tama, mari kita perjelas apa itu sebuah alam semesta atau sebuah jagad.

Anda, saya, semua manusia (kecuali beberapa astronot) tinggal di planet Bumi. Anda sudah cukup dapat membayangkan seberapa besar planet ini. Planet ini memiliki sebuah pengawal, Bulan. Pasangan Bumi dan Bulan mengikuti sebuah orbit mengelilingi benda yang lebih besar, sejuta kali ukuran Bumi, benda itu adalah Matahari. Jarak dari Bumi ke Matahari adalah delapan menit perjalanan cahaya. Ini artinya, informasi tentang Matahari yang kita lihat sekarang, sesungguhnya informasi yang datang dari Matahari, delapan menit lalu. Jarak di alam semesta biasanya diukur dengan lamanya waktu yang ditempuh cahaya untuk mencapainya. Mulai sekarang, kita pakai waktu cahaya sebagai ukuran jarak.

Bukan hanya Bumi yang mengelilingi matahari, jauh di ujung sana, 13 kali jarak Bumi ke Matahari, ada Neptunus, dan 97 kali jarak Bumi ke Matahari, ada Eris, sebuah batu raksasa yang bersemayam dalam Sabuk Kuiper, hutan benda sejenisnya. 100 ribu jarak Bumi ke Matahari, ada kabut Oort, sebuah awan inti komet yang menyelubungi Tata Surya membentuk bola. Bola ini, dengan segala isinya, adalah Tata Surya kita.

Selanjutnya, Tata Surya hanyalah satu dari, 300 juta Tata Surya yang mungkin ada dalam satu sistem yang lebih besar, yang kita sebut Galaksi Bima Sakti. Tata Surya kita berada di salah satu lengan spiralnya lebih dekat ke pinggir. Tentu saja, ini ukuran maksimum. Tidak seorang ilmuanpun mampu melihat satu demi satu tata surya di galaksi kita. Tapi setidaknya, setiap tata surya, punya bintang di tengahnya, seperti Matahari, dan karena ada 300 miliar bintang di Bima Sakti (Wethington, 2008), dan anggaplah hanya 0.1% nya saja yang ditutupi selubung seperti Kabut Oort, maka ada 300 juta tata surya. Galaksi Bima Sakti merupakan cakram mirip lingkaran obat nyamuk ganda dengan diameter sekitar 100 ribu tahun cahaya. Bintang-bintang ini mengalami siklus hidup mati dan jumlahnya terus berubah-ubah. Ada yang membentuk gerombolan hingga satu juta bintang, ada yang hanya berdua saja (binari), dan banyak juga yang sendirian seperti matahari kita. Ada yang kecil sekali seukuran Bumi ada juga  yang Maharaksasa hingga sejuta kali ukuran Matahari. Menariknya, semakin kecilnya bintang, semakin panjang umurnya.

Galaksi Bima Sakti dulunya dianggap pulau di tengah kekosongan jagad. Lalu ditemukan galaksi lain, Andromeda. Lalu ditemukan galaksi lain lagi, ditemukan lagi, dan lagi. Sekarang setidaknya ada, 170 miliar galaksi yang telah ditemukan (Gott et al, 2005). Kembali strukturnya berulang, ada galaksi yang sendirian, ada yang mengelompok beberapa buah, beberapa ratus, beberapa juta, dan bahkan beberapa miliar. Diameter cakrawala alam semesta yang memuat 170 miliar galaksi ini sekitar 92 miliar tahun cahaya (Bielewicz dan Banday, 2011).
Lihat part 6

Referensi:
Bielewicz, P., Banday, A.J., IRAP. 2011. Constraining the Topology of the Universe using CMB. arXiv:1111.6046
Gott III, J. R.; et al. 2005. “A Map of the Universe”. Astrophysical Journal 624 (2): 463–484.
Tegmark, M. 2007. The Mathematical Universe. arXiv 0704.0646 [gr-qc], Foundations of Physics
Wethington, N. 16 Desember 2008. How May Stars are in the Milky Way? Online. http://www.universetoday.com/22380/how-many-stars-are-in-the-milky-way/

Sumber: FaktaIlmiah.com

No comments:

Post a Comment